Rabu, 15 April 2020

Upacara Perkawinan Adat Jawa

Perkawinan bagi masyarakat jawa tidak hanya akan menyatukan dua  orang manusia, melaikan menyatukan juga dua keluarga besar diantara keduanya. Upacara perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat jawa biasa menggunakan adat istiadat yang berlaku secara turun temurun. Upacara perkawinan adat jawa memiliki beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Masyarakat jawa mempunyai pendapat bahwa upacara perkawinan harus dilaksnakan dengan khidmat dan sakral agar mendapat restu dari Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut adat jawa, dahulu seorang anak tidak diperbolehkan memilih pasangan  pasangan hidupnya sendiri, tetapi harus menurut kepada keputusan dan pilihan orang tua. Jadi yang berperan aktif dalam memilih seorang menantu adalah orang tua. Mereka akan mempertimbangkan bibit, bobot, dan bebet. Bobot, bibit, dan bebet adalah filosofi Jawa yang berkaitan dengan kriteria mencari jodoh atau pasangan hidup. Filosofi ini dipakai untuk memperoleh gambaran tentang kriteria calon jodoh versi Jawa. Atau paling tidak menjadi alat pengukur atas kriteria yang selama ini sudah dikantongi oleh masing-masing para pencari jodoh dalam rangka uji fit and proper test calon atau sosok yang akan diincar.
  • Bibit artinya, berasal dari keluarga seperti apa calon pasangan kita. Arti bibit adalah rupa (harafiah: asal-usul, keturunan atau bibit). Orang tua ingin menantunya berasal dari keluarga baik-baik dan terhormat.
  • Bebet artinya, kesiapan seseorang dalam memberi nafkah keluarga,
  • Bobot artinya, kualitas seseorang dalam arti yang luas. Biasanya meliputi aspek pendidikan, akhlak dan agama. adalah nilai pribadi/ diri yang bersangkutan. disini termasuk kepribadian, pendidikan dan kepintarannya, pekerjaan juga nilai pribadi seperti gaya hidup dan iman

Dengan menggunakan pertimbangan tersebut, diharapkan keluarga calon menantu berasal dari keluarga baik-baik, berperangai baik, dan dalam kondisi sosial ekonomi setara atau tidak. Setelah anak setuju dengan pilihan orangtuanya, akan diadakan pembicaraan lebih lanjut. Selanjutnya pihak calon pengantin wanita akan mempersiapkan segala keperluan dalam pernikahan karena upacara ini diselenggarakan di rumah mempelai wanita.

Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan upacara pernikahan adat jawa adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Pernikahan
Sebelum upacara dilaksanakan, keluarga harus mempersiapkan beberapa hal untuk mendukung pelaksanaan upacara perkawinan. Salah satu yang harus dipersiapkan adalah pemaes, pemaes merupakan dukun pengantin wanita yang akan memimpin dalam acara pernikahan, pemaes memiliki tugas sebagai berikut :
  • Mengurus dandanan dan pakaian pengantin perempuan dan laki-laki. Dalam upacara pernikahan nantinya pasangan pengantin dapat berganti pakaian sampai beberapa kali.
  • Ketika upacara pernikahan berlangsung, pemaes lebih dominan dalam mengatur upacara. Pemaes adalah orang yang lebih mengerti dan paham akan tahapan-tahapan dalam upacara pernikahan.

Selain seorang pemaes, keluarga juga mempersiapkan panitia kecil. Panitia ini biasanya terdiri dari anggota keluarga, teman dekat, dan saudara dekat dari kedua mempelai. Panitia ini akan mengurusi beberapa keperluan dalam pelaksanaan pernikahan sperti protokol, makanan dan minuman, musik gamelan dan tarian, dekorasi ruang resepsi, pembawa acara, wali untuk ijab kabul, transportasi, komunikasi, dan keamanan. Dengan persiapan yang matang dan terencana, pelaksanaan upacara pernikahan dapat berjalan dengan lancar.

2. Pemasangan Tarub
Tarub adalah dekorasi yang menggunakan tumbuhan sebagai bahan utamanya. Tarub ini terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tanaman tebu, buah kelapa, dan daun beringin. Tarub ini memiliki makna agar pasangan pengantin akan hidup dengan baik dan bahagia dimanapun berada. Pasangan pengantin diharapkan saling mencintai dan merawat keluarga yang akan mereka bentuk.

Tarub dipasang di pintu gerbang dari rumah pengantin wanita, sehari sebelum pelaksanaan upacara pernikahan. Selain dipasang tarub juga dipasang bleketepe, semacam anyaman dari daun kelapa di atas pintu gerbang. Bleketepe mempunyai tujuan untuk menjauhkan dari gangguan jahat dan menunjukkan di rumah mana pesta itu diadakan.

3. Kembang Mayang
Kembang mayang dipasang dalam upacara pernikahan adalah sepasang kembang yang kembar. Kembang mayang  digunakan sebagai hiasan akan diletakkan di samping kanan dan kiri kursi pelaminan. Kembang mayang adalah susunan karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun kelapa muda (janur) yang dibuat dua buah pola atau kembar.

Kembang mayang tersebut memberi makna tersendiri bagi masyarakat Jawa, antara lain sebagai berikut :
  • Bentuk kembang mayang yang menyerupai gunung menurut pandangan orang Jawa gunung
    Perkawinan bagi masyarakat jawa tidak hanya akan menyatukan dua  Upacara Perkawinan Adat Jawa
    Kembar_Mayang
    mempunyai sifat yang tinggi dan besar. Oleh sebab itu seorang pengantin laki-laki diharapkan memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kesabaran.
  • Daun kelapa (janur) dibentuk menyerupai keris dapat melambangkan bahwa pasangan pengantin harus berhati-hati dalam meniti kehidupan bersama, pintar dan bijaksana.
  • Daun kelapa yang dibentuk seperti cemeti, melambangkan pasangan pengantin akan berpikir positif, hidup optimis dengan hasrat untuk kehidupan yang baik yaitu bahagia.
  • Daun kelapa yang dibentuk seperti payung melambangkan pasangan pengantin harus melindungi keluarganya dan masyarakat sekitarnya.
  • Daun kelapa yang dibentuk menyerupai belalang melambangkan pasangan pengantin harus tangkas, berpikir cepat, dan dapat mengambil keputusan untuk keselamatan keluarga mereka.
  • Daun kelapa yang dibentuk menyerupai burung melambangkan pasangan pengantin harus memiliki tujuan hidup yang tinggi.

4. Siraman
Prosesi siraman dilakukan oleh masing-maising pengantin di rumah mereka. Biasanya siraman dilakukan pada siang hari, sehari sebelum pelaksanaan ijab kabul/ pernikahan diselenggarakan. Pihak yang akan melakukan siraman yaitu orang tua dan keluarga dekat atau orang yang dituakan. Jumlah orang yang melakukan siraman biasanya 7 orang. Air yang digunakan dalam prosesi siraman merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitasari. Jika memungkinkan air tersebut diambil dari 7 mata air.

Siraman pertama dilakukan oleh orang tua calon pengantin dan ditutup oleh pelaes, kemudian memecahkan kendi. Siraman mempunyai makna untuk membersihkan jiwa atau raga pengantin laki-laki dan pengantin wanita.

5. Midodareni
Istilah kidodareni berasal dari kata widadari yang dalam bahasa Indonesia adalah bidadari atau dewi-dewi. Dengan midodareni diharapkan pengantin wanita akan berubah seperti seorang bidadari ketika acara pernikahan dilaksanakan. Prosesi midodareni dilaksanakan di rumah calon pengantin wanita. Biasanya dalam malam midodareni, pengantin wanita mendapat nasehat-nasehat dari orang tua, teman, dan anggota keluarga yang lain. Selain itu midodareni juga menandakan kedua calon pengantin melepas masa lajangnya.

6. Paningset atau Srah-srahan
Paningset atau srah-srahan, paningset berasal dari kata singset yang berarti ikatan. Keluarga calon pengantin pria datang ke rumah calon pengantin wanita sambil membawa hadiah atau antaran dan beramah tamah. Hantaran ini diberikan kepada pengantin wanita sebagai tanda keluarga calon pengantin pria menyetujui pernikahan tersebut. Kedua keluarga tersebut akan menjadi besan.

Paningset biasanya terdiri dari :
  • Perlengkapan Ibadah. Antara lain : Mukenah, Sajadah, Al – Qur’an, dan Tasbih
  • Pakaian, antara lain :  Kebaya, Sewek / Kain jarit batik untuk bawahan kebaya, Centing / korset kebaya, Sandal selop / sandal manten / sandal buat kondangan.  Pakaian Rumah : Bra, celana dalam atau Lingerie set , Baju santai ( bisa daster, bebidol atau pakaian rumah biasa) Pakaian formal : Baju kerja ( bisa Blazer, setelan kerja atau hem biasa ) sepatu dan tas kerja
  • Perlengkapan rias dan Perlengkapan mandi
  • Perhiasan

Srah-srahan biasanya terdiri dari :
  • Peningset, seperti disebutkan di atas
  • Pisang Raja , Buah Jambe dan kapur sirih, dengan harapan supaya bisa langgeng sampai kakek nenek.
  • Bunga terdiri dari 2 macam bunga, kenanga dan satu bunga putih, dan diletakkan dalam keranjang kecil – kecil dengan jumlah ganjil.
  • Gula, kopi dan teh, dengan harapan kelak mendapat kehidupan yang makmur dan serba berkecukupan.
  • Jajanan pasar 
  • Madu mongso dan kue Jaddah, dengan harapan agar kedua belah pihak bisa lengket
  • Buah – buahan dan aneka kue.

7. Upacara Ijab 
Upacara ijab kabul merupakan syarat yang paling penting dalam mengesahkan sebuah pernikahan. Pelaksanaan Ijab ini disesuaikan dengan agama kedua mempelai. Upacara ijab ini intinya adalah keluarga pengantin wanita menikahkan anaknya kepada pengantin pria. Setelah itu pengantin pria akan menerima nikahnya disertai dengan mas kawin. Peaksanaan ijab ini disaksikan oleh penghulu atau pejabat pemerintah yang akan mencatat pernikahan mereka.

8. Upacara Panggih
Usai acara ijab dilanjutkan dengan upacara panggih atau ketemu, berarti pengantin laki-laki dan wanita dipertemukan di pelaminan. Selama upacara panggih kembang mayang dibawa keluar dan diletakkan dipersimpngan jalan dekat rumah. Hal ini bertujuan mengusir roh-roh jahat. Setelah dipertemukan kedua pengantin melakukan beberapa tahapan dalam pernikahan dipandu oleh pemaes.

9. Balangan Suruh
Upacara balangan suruh dilakukan oleh kedua pengantin. Mereka berdiri dengan jarak sekitar 3 meter dan pemaes memberikan gulungan daun sirih yang didalamnya terdapat jeruk dan diikat dengan benang putih  kepada kedua mempelai. Kedua mempelai melemparkan gulungan daun sirih tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa daun sirih dapat menolak dari berbagai ganguan buruk. Dengan melempar daun sirih satu sama lain, kedua pengantin membuktikan bahwa keduaya manusia sejati, bukan setan atau jin, atau orang lain yang menganggap dirinya seorang pengantin. Balangan suruh juga melambangkan cinta kasih dan kesetiaan.

10. Wiji Dadi
Dalam proses wiji dadi, pengantin laki-laki akan menginjak telur ayam kampung yang diletakan dalam sebuah ciri sampai pecah. Kemudian pengantin wanita akan membersihkan kaki pengantin pria menggunakan air yang telah dicampur dengan bermacam bunga. Wiji dadi melambangkan pengantin laki-laki siap menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Selain itu juga menandakan pengantin wanita akan setia melayani suaminya.

11. Upacara Sindur Binayang
Setelah prosesi wiji dadi selesai dilaksanakan, pemaes akan melanjutkan ke prosesi sindur binayang.. Ayah pengantin wanita akan mengantar pasangan pengantin ke kursi pelaminan. Mereka akan berjalan secara perlahan-lahan. Ayah pengantin akan berada di depan pasangan pengantin, ibu pengantin akan berdada di belakang pasangan pengantin. Ibu pengantin wanita menutup atau menyampirkan pundak pasangan pengantin dengan kain sindur (kain yang berwarna merah). Prosesi ini mempunyai makna, ayah akan memberikan petunjuk jalan kebahagiaan, sementara ibu akan memberikan dorongan moral kepada kedua pengantin. Selain itu juga melambangkan kedua pengantin sudah diterima sebagai anggota keluarga.

12. Upacara Timbang
Setelah ayah membimbing kedua pengantin, sang ayah akan melakukan prosesi timbang. Kedua pengantin akan duduk dipangkuan ayah pengantin wanita. Ibu pengantin wanita akan bertanya terlebih dahulu kepada ayah manakah yang lebih berat. Kemudian ayah menjawab keduanya sama berat, yang berarti cinta mereka sederajat dan tidak pilih kasih dalam membimbingnya dan dalam memperlakukan anak sama halnya dengan memperlakukan anak sendiri.

13. Upacara Tanem
Setelah acara timbang kedua pengantin duduk dalam pelaminan secara bersama-sama. Prosesi ini dinamakan prosesi tanem yang melambangkan bahwa orang tua merestui pernikahan tersebut. Setelah itu kedua pengantin akan melakukan tukar cincin sebagai simbol cinta mereka berdua.

14. Upacara Kacar-Kucur
Pengantin laki-laki akan melaksanakan acara kacar-kucur. Kacar-kucur ini merupakan campuran dari kedelai, kacang, padi, jagung, beras kuning, jamu dlingo bengle, bunga, dan beberapa mata uang yang berbeda nilainya. Campuran dari bahan-bahan tersebut akan dituangkan dalam sebuah kain di pangkuan pengantin wanita sebagai istrinya. Prosesi ini melambangkan pengantin laki-laki sebagai suami, kepala rumah tangga akan memberikan nafkah bagi istrinya. Kemudian seorang istri akan mengurus dan menjadi ibu rumah tangga yang baik.

15. Upacara Dahar Klimah atau Dahar Kembul
Kedua pengantin akan makan bersama dan saling menyuapi satu sama lain. Pemaes akan memberikan piring berisi makanan dan cangkir berisi minuman. Pengantin akan saling menyuapi secara bersamaan. Prosesi ini melambangkan bahwa pasangan pengantin akan selalu hidup bersama dalam keadaan senang maupun susah.

17. Upacara Mertui
Orang tua mempelai wanita kan menjemput orang tua mempelai pria di depan rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara pernikahan. Selain itu orang tua pengantin laki-laki akan duduk di sebelah kiri dari pasangan pengantin, dan orang tua pengantin wanita di sebelah kanan pasangan pengantin.

18. Upacara Sungkeman
Kedua pengantin akan memohon doa restu kepada orang tua mereka. Pasangan pengantin tersebut akan duduk bersujud di depan kedua orangtuanya. Pertama mereka akan meohon doa restu kepada orng tua mempelai wanita, dilanjutkan kepada orang tua mempelai pria. Selama acara sungkeman ini keris pada pengantin pria harus diambil oleh pemaes dan akan dikembalikan setelah acara sugkeman selesai.

19. Ucapan Selamat
Setelah rangkaian upacara dolaksanakan berurutan dari awal, pasangan pengantin akan mendapat ucapan selamat. Para tamu undangan dan keluarga memberikan ucapan selamat dan doa restu kepada kedua mempelai. Selanjutnya jika dikehendaki akan dilaksanakan poto bersama dan acara resepsi pernikahan.